BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Di Indonesia masih dijumpai masalah kesehatan reproduksi yang memerlukan
perhatian semua pihak. Masalah-masalah kesehatan reproduksi tersebut muncul dan
terjadi akibat pengetahuan dan pemahaman serta tanggung jawab yang rendah.
Akses untuk mendapatkan informasi yang benar dan bertanggung jawab mengenai
alat-alat dan fungsi reproduksi juga tidak mudah didapatkan (Bambang, 2005).
Secara garis besar periode daur kehidupan wanita melampaui beberapa
tahap diantaranya pra konsepsi, konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas,
pubertas, reproduksi, menopause/klimakterium, pasca menopause dan senium/lansia
(Manuaba, 2002). Setelah lahir kehidupan wanita dapat dibagi dalam beberapa
masa yaitu masa bayi, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan
masa senium. Masing-masing masa itu mempunyai kekhususan, karena itu gangguan
pada setiap masa tersebut juga dapat dikatakan khas karena merupakan
penyimpanan dari faal yang khas pula dari masa yang bersangkutan.
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan
kekhususan kebutuhan penannganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan,
serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah
kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila
tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa
kehidupan selanjutnya.
II.
RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan mengenai wanita dalam daur
kehidupannya (masa bayi, kanak-kanak, pubertas, reproduksi, klimakterium dan
menopouse). Mengetahui asuhan yang diberikan, mengetahui skrining pada wanita
sepanjang daur kehidupannya.
III.
TUJUAN
1.
Mahasiswi mampu mengetahui
proses wanita dalam daur kehidupannya.
2.
Mahasiswi mampu mengetahui
pengertian masa bayi, kanak-kanak, pubertas, reproduksi, klimakterium dan
menopouse.
3.
Mahasiswi mampu mengetahui
asuhan yang diberikan pada wanita dalam daur kehidupannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.
SKIRINING DAN DETEKSI DINI
WANITA SEPANJANG DAUR KEHIDUPANNYA
A. SKRINING
a. Definisi Skrining
· Skrining (screening): pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan
orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak
terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 )
· Skrining: pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk
menemukan adanya masalah atau faktor risiko. ( Rochjati P, 2008 )
· Skrining: usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang
secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat
sehat, atau benar – benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
b. Tujuan Skrining
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan
Test skrining dapat
dilakukan:
o Pertanyaan/ Quesioner
o Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan laboratorium
o X-ray
o Diagnostik imaqina
c. Jenis Penyakit yang Tepat Untuk Skrining
o Merupakan penyakit yang serius
o Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan dengan
setelah gejala muncul
o Prevalens penyakit preklinik harus tinggi pada populasi yang di skrening
d. Syarat-Syarat Skrining
o Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
o Harus ada cara pengobatan yang efektif
o Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnostic
o Diketahui stadium prapatogenesis dan patogenesis
o Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat
diterima oleh masyarakat
o Telah di mengerti riwayat alamiah penyakit
o Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya
konsekuensi kesehatan
B. KESEHATAN WANITA SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN
a.
Konsepsi
· Perlakuan sama terhadap janin laki-laki atau perempuan
· Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru
lahir.
· Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,
BBLR, kurang gizi (malnutrisi).
· Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Bayi
Pada bayi lahir cukup bulan, pembentukan genetalia internal sudah
selesai, jumlah folikel primordial dalam kedua ovarium telah lengkap sebanyak
750.000 butir dan tidak bertambah lagi pada kehidupan selanjutny. Tuba, uterus,
vagina, dan genetalia eksternal sudah terbentuk, labia mayora menutupi labia
minora, tetapi pada bayi prematur vagina kurang tertutup dan labia minora lebih
kelihatan.
Genetalia bayi wanita yang baru lahir itu basah krena sekresi cairan
yang jernih. Epitel vgina relative tebal dan pH vagina 5, setelah 2-3 minggu
epitel vagina tipis dan pH naik menjadi
7. Pada 1/3 dari bayi wanita, endoserviks tidak terhenti pada ostium uterus
eksternum, tetapi menutupi juga sebagian dari porsio servisis uteri, sehingga
terdapat apa yang dinamakan pseudoerosio kongenitalis.
c. Kanak-Kanak
Yang khas pada masa kank-kanak ini ialah bahwa perangsangan oleh hormon
kelamin sangat kecil, dan memang kadar estrogen dan gonadotropin sangat rendah.
Karena itu alat-alat genital dalam masa ini tidak memperlihatkan pertumbuhan
yang berarti sampai permulaan pubertas. Dalam masa kanak-kanak pengaruh
hipofisis terutama terlihat dalam pertumbuhan badan.
Pada masa kanak-kanak sudah nampak perbedaan antara anak pria dan
wanita, terutama dalam tingkah lakunya, tetapi perbedaan ini ditentukan
terutama oleh lingkungan dan pendidikan.
Asuhan
yang diberikan pada masa Bayi dan kanak-kanak
Asuhan yang diberikan:
Asuhan yang diberikan:
·
ASI Eksklusif
·
Tumbuh kembang anak dan
pemberian makanan dengan gizi seimbang
·
Imunisasi dan manajemen
terpadu balita sakit
·
Pencegahan dan
penanggulangan kekerasan terhadap perempuan (KtP)
·
Pendidikan dan kesempatan
yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
c. Pubertas
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya cirri-ciri kelamin
sekunder, dan berakhir kalau sudah ada kemampuan reproduksi. Pubertas pada
wnita mulai kira-kira pada umur 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama
4 tahun.
Awal pubertas dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan.
Kejadian yang penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat,
timbulnya cirri-ciri kelamin sekunder, menarche dan perubahan psikis. Ovarium
mulai berfungsi dibawah pengaruh hormone gonadotropin dan hipofisis, dan
hormone ini dikeluarkan atas pegaruh releasing factor dari hipotalamus. Dalam
ovarium folikel mulai tumbuh, walaupun folikel-folikel tidak sampai matang,
karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah mampu
mengeluarkan estrogen. Pada saat yang kira-kira bersamaan, korteks kelenjar
suprarenal mulai membentuk androgen, dan hormone ini memegang peranan dalam
pertumbuhan badan.
Asuhan yang diberikan pada
masa pubertas
Asuhan
yang diberikan :
·
Kehamilan dan persalinan
yang aman
·
Pencegahan kecacatan dan
kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
·
Menjaga jarak kelahiran dan
jumlah kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi ( KB )
·
Pencegahan terhadap
PMS/HIV/AIDS
·
Pelayanan kesehatan
reproduksi berkualitas
·
Pencegahan dan penanggulangan
masalah aborsi
·
Deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim
·
Pencegahan dan manajemen
infertilitas.
d. Reproduksi
Masa ini merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira
33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital
bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang
lebih 450 kali, dalam selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada
usia 40 tahun ke atas wanita masih mampu hamil, tetapi fertilitas menurun cepat
sesudah usia tersebut.
e. Klimakterium dan Menopouse
Pengertian :
· Klimakterium : Bahasa yunani tangga, merupakan masa peralihan antara
masa reproduksi dan masa senium.
· Menopouse : Adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir.
Bagian klimakterium sebelum menopause disebut pramenopouse.
· Senium : Adalah masa sesudah pasca menopousem ketika telah tercapai
keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan
vegetative maupun psikis.
Penjelasan :
Klimakterium
Klimakterium bukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa
peralihan yang normal, yang berlagsung beberapa tahun sebelum dan beberapa
tahun sesudah menopause. Klimakterium mulai kira-kira 6 tahun sebelum
menopause, berdasarkan keadaan endokrinplogik (kadar estrogen mulai turun dan
kadar hormone gonadotropin naik), dan jika ada gejala-gejala klinis. Pada
klimakterium terdapat penurunan produksi estrogen dan kenaikan hormon
gonadropin. Kadar hormone akhir ini tetap tinggi sampai kira-kira 15 tahun
setelah menopause, kemudian mulai menurun. Pada wanita dalam klimakterium
terjadi perubahan-perubahan tertentu, yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan
ringan dan kadang-kadang berat. Klimakterium merupakan masa perubahan, umumnya
masa itu dilalui oleh wanita tanpa banyak keluhan, hanya pada sebagian kecil
ditemukan keluhan yang cukup berat yang menyebabkan wanita bersangkutan minta
pertolongan dokter. Gangguan vegetative biasanya berupa rasa panas dengan
keluarnya malam dan perasaan jantung berdebar-debar.
Menopouse
Menopouse adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir.
Berhentinya haid bisa didahului oleh siklus haid yang lebih panjang dengan perdarahan
yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan,
kesehatan umum, dan pola kehidupan. Ada kecenderungan dewasa ini untuk
terjadinya menopause pada umur yang lebih tua. Terjadinya menopause ada
hubungannya dengan menarche. Makin dini menarche terjadi, makin lambat
menopause timbul. Menopouse yang artificial karena operasi atau radiasi umumnya
menimbulkan keluhan lebih banyak dibandingkan dengan menopause alamiah.
Senium
Pada senium telah tercapai keadaan keseimbanganhormonal yang baru,
sehingga tidak ada lagi gangguan vegetative maupun psikis. Yang mencolok pada
masa ini ialahkemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik, seagai proses
menjadi tua. Dalam masa senium terjadi pula osteoporosis dengan intensitas
berbeda paa masing-masing wanita. Walaupun sebab-sebabnya belum jelas betul,
namun berkurangnya pengaruh hormone steroid dan berkurangnya osteo trofoblas
memegang peranan dalam hal ini.
Asuhan Yang Diberikan pada masa menopause
·
Perhatian pada problem
menopause
·
Perhatian pada penyakit
utama degenerative, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan osteoporosis.Berkurangnya
hormon estrogen pada wanita menopause mungkin menyebabkan berbagai keluhan
sebagai berikut :
·
Penyakit jantung koroner
·
Kadar estrogen yang cukup, mampu
melindungi wanita dari penyakit jantung koroner. Berkurangnya hormone estrogen
dapat menurunkan kadar kolesterol baik ( HDL ) dan meningkatnya kadar
kolesterol tidak baik ( LDL ) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung
koroner.
·
Osteoporosis Adalah Berkurangnya
kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormone estrogen, sehingga
tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
·
Gangguan mata
·
Mata terasa kering dan
kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang.
·
Kepikunan ( demensia tipe
Alzeimer ).
·
Kekurangan hormone estrogen
juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak. Penurunan hormone estrogen
menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada
kepikunan tipe Alzeimer. Penyakit kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilam
kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi
factor keturunan.
C. PERAN BIDAN SKRINING UNTUK KEGANASAN DAN PENYAKIT
SISTEMIK
· Memberikan motivasi pada para wanita untuk melakukan pentingnya
melakukan langkah skrining.
· Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang berisikoterkena
penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti ditindak
lanjuti di fasilitas kesehatan
· Membantu mengidentifikasi penyakit pada stadium dini,sehingga terapi
dapat dimulai secepatnya dan prognosa penyakit dapat diperbaiki
· Membantu melindungi kesehatan individual
· Membantu dalam pengendalian penyakit infeksi melalui proses identifikasi
carrier penyakit di komunitas
· Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode
barrier (pelindung) seperti diafragma dan kondom karena dapat memberi
perlindungan terhadap kanker serviks
· Memberikan fasilitas skrining kanker serviks dengan metodepap smear
kemudian membantu dalam pengiriman hasil pemeriksaan kelaboratorium.
II. PELAYANAN KESEHATAN PADA
WANITA SEPANJANG DAUR KEHIDUPANNYA
Kesehatan
Pada Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang
lingkup Kesehatan Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan
kekhusususan kebutuhan penanganan system reproduksi pada setiap fase kehidupan,
serta kesinambungan antar fasekehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah
kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila
tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa depan
kehidupan selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup ini dikenal lima tahap, yaitu :
a. Konsepsi :
· Perlakuan
sama terhadap janin laki-laki/perempuan
· Masalah yang
mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, BBLR, kurang gizi
(malnutrisi)
· Pendekatan
pelayanan anternatal, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Bayi dan anak :
· Tumbuh
kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
· Imunisasi dan
menejemen terpadu balita sakit
· Pencegahan
dan penanggulangan kekerasan
· Pendidikan
dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
· Masalah yang
mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat perempuan,
kurang gizi (malnutrisi), kesakitan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan, postnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dll
Asuhan yang
diberikan
· Tumbuh
kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
· Imunisasi dan
menejemen terpadu balita sakit
· Pencegahan
dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan (KtP)
· Pendidikan
dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
c. Remaja :
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai
19 tahun dan merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.
Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid
pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai
sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba
waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap
dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena
mulai memproduksi hormone-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sistem
reproduksi.
Asuhan yang diberikan:
· Gizi seimbang
· Informasi
tentang kesehatan reproduksi
· Pencegahan
kekerasan termasuk seksual
· Pencegahan
terhadap ketergantungan napza
· Perkawinan
pada usia wajar
· Pendidikan,
peningkatan keterampilan
· Peningkatan
penghargaan diri
· Peningkatan
pertahanan terhadap godaan dan ancaman
· Masalah yang
ditemui meliputi : seks komersial, pelecehan seksual, penyalahgunaan obat
d. Usia Subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun,
sering dihubungkan dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling
mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan
di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya
agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan
dengan lancar, dan bayi yang dilahirkanpun sehat. Pada periode ini masalah
kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan
tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai
menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah
endometritis yang ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul
saat berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau air kecil. Penderita
kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala
apa-apa.
· Pencegahan
terhadap PMS/HIV/AIDS
· Pelayanan
kesehatan reproduksi berkualitas
· Pencegahan
dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
· Deteksi dini
kanker payudara dan leher rahim
· Pencegahan
dan managemen infertilitas
· Masalah yang
mungkin ditemui: kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan berbagai kondisi,
malnutrisi, anemia, kemandulan, pelcehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi,
ISR/IMS/HIV/AIDS dan pengaturan kesuburan.
· Pendekatan
yang dapat dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen, konseling, pencegahan
primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang bertanggung
jawab, pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-informasi.
Asuhan yang
diberikan
· Pencegahan
terhadap PMS/HIV/AIDS
· Pelayanan
kesehatan reproduksi berkualitas
· Pencegahan
dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
· Deteksi dini
kanker payudara dan leher rahim
· Pencegahan
dan managemen infertilitas
e. Usia Lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah
mencapai usia 60 tahun. Inilah masa yang paling rentan diserang berbagai
penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi wanita
untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas utamanya
adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang benar,
dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga ringan dan tetap
aktif secara intelektual.
· Perhatian
pada problem menapouse
· Perhatian
pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan
osteoporosis
· Deteksi dini
kanker rahim
· Masalah yang
mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi, kekerasan,
prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, kanker payudara,
ISR/IMS/HIV/AIDS
· Pendekatan
yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi sebelumnya,
· diagnosis,
informasi dan pengobatan dini.
Asuhan apa
yang diberikan
· Perhatian
pada problem menapouse
· Penyakit
jantung koroner
· Kadar
estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung koroner,
berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan
meningkatnya kadar kolesterol tidak baik (LDL) yang meningkatkan kejadian
jantung koroner
· OsteoporosisAdalah
berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormone
estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah
· Gangguan mata Mata terasa
kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang
· Kepikunan Kekurangan
hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak. Penurunan
hormone estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah,
depresi sampai pada kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilamana kekurangan
estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi factor
keturunan
· Deteksi dini
kanker rahim.
III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN PEREMPUAN
a. Kemiskinan
Diperkirakan sekitar 40% penduduk Indonesia masih
berada di bawah garis kemiskinan sejak terjadinya krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Hal ini menghambat akses terhadap pelayanan kesehatan yang pada
akhirnya dapat berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian.
b. Kedudukan
perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat
ditentukan oleh banyak hal, misalnya keadaan sosial ekonomi, budaya dan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat di mana mereka menetap.
Dewasa ini
masih banyak ditemukan diskriminasi terhadap perempuan, antara lain :
· Perempuan di
nomorduakan dalam segala aspek kehidupan, misalnya dalam pemberian sehari-hari,
kesempatan memperoleh pendidikan, kerja dan kedudukan
· Perempuan
seringkali terpaksa menikah pada usia muda karena tekanan ekonomi atau orang
tua mendorong untuk cepat menikah agar terlepas dari beban ekonomi.
· Keterbatasan
perempuan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan dirinya, misalnya dalam
ber- KB, dalam
memilih bidan sebagai penolong persalinan atau dalam
mendapat pertolongan segera di RS ketika di perlukan, disamping kurangnya
kesempatan mengendalikan penghasilan keluarga
· Tingkat
pendidikan perempuan yang belum merata dan masih rendah menyebabkan informasi
yang diterima tentang kesehatan reproduksi sangat terbatas. Seperti diketahui,
tingkat pendidikan yang meningkat dapat meningkatkan rasa percaya diri, wawasan
dan kemauan untuk mengambil keputusan yang baik bagi diri dan keluarga,
termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
c. Akses ke fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan
· Jarak ke
fasilitas kesehatan yang cukup jauh dan sulit dicapai
· Kurangnya
informasi tentang kemampuan fasilitas kesehatan
· Keterbatasan
biaya
· Tradisi yang
menghambat pemanfaatan tenaga dan fasilitas kesehatan
d. Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang
memadai, antara lain karena :
§
Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan
kebutuhan klien
§
Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai
e. Beban ganda, tanggung jawab tidak proporsional
sehingga kesehatan anak perempuan dan perempuan semakin buruk
f. Akses pelayanan Kesehatan Reproduksi rendah
karena :
§
Pengetahuan tentang seksualitas dan informasi mengenai
hak reproduksi masih rendah
§
Menonjolnya perilaku seksual resiko tinggi
§
Diskriminasi sosial
§
Sikap negative terhadap perempuan dan anak perempuan
§
Rendahnya kemampuan dalam pengendalian kehidupan
seksual pada reproduksi
g. Kurangnya penanganan kespro dan seksual pada laki-laki
dan perempuan usia lanjut
h. Kebijakan dan program kesehatan masih belum mempertimbangkan perbedaan
sosiaL
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa kami ambil dari masalah ini ialah Pada masa
kanak-kanak sudah Nampak perbedaan antara anak pria dan wanita, terutama dalam
tingkah lakunya, tetapi perbedaan ini ditentukan terutama oleh lingkungan dan
pendidikan. Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya cirri-ciri kelamin
sekunder, dan berakhir kalau sudah ada kemampuan reproduksi. Masa ini merupakan
masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun.
Klimakterium bukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa
peralihan yang normal, yang berlagsung beberapa tahun sebelum dan beberapa
tahun sesudah menopause.
B.
SARAN
Saran yang dapat kami berikan ialah, kesehatan reproduksi sangatlah
memerlukan perhatian semua pihak. Pengetahuan dan pemahaman serta tanggung
jawab yang tinggi sangat diperlukan dalam menangani masalah-masalah kesehatan
reproduksi. Pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penannganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar fase kehidupan sangat perlu diterapkan. Sehingga masalah
kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat kita perkirakan dan dapat
kita tangani dengan baik sehingga tidak berakibat buruk pada masa kehidupan
selanjutnya. Demikianlah saran dari kami, jika ada kekurangan dari makalah ini
kami menerima kritik dan saran yang membangun.